S
E R E A L D A U N K E L O
R
Masyarakat Jawa tradisional,
mengenal daun kelor dengan nama latin moringa oleifera, identik dengan jenazah
dan kepercayaan mistik berupa ajian, seperti "susuk",
"kesaktian" dan lain-lain.
Namun di era modern ini, para ahli
mendapati di dalam daun kelor terkandung unsur-unsur kimiawi yang berguna bagi
kehidupan manusia.
Barangkali, akibat paham mistik
tersebut selama ini daun kelor belum banyak dikembangkan menjadi produk makanan
atau keperluan lain yang dapat dikonsumsi manusia.
Padahal, daun bewarna hijau
berbentuk kecil tersebut mengandung banyak vitamin dan nutrisi tinggi yang
dibutuhkan tubuh. Itu sebabnya, di kalangan para pakar gizi daun kelor disebut
miracle of tree atau pohon keajaiban.
Sebutan itu akhir-akhir ini
memotivasi seorang mahasiswi program studi (prodi) Pendidikan Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS),
Endang Rahmawati (20), melakukan berbagai percobaan dengan bahan baku daun
kelon untuk membuat makanan olahan.
Gadis berparas manis kelahiran 8
Maret 1994 itu mendapati, dalam literatur disebutkan daun kelor mengandung zat
besi lebih banyak 25 kali dibanding bayam, vitamin A 10 kali lebih banyak dari
wortel, kalsium 17 kali lebih banyak dari susu, potasium 15 kali lebih banyak
dari pisang, vitamin C 10 kali lebih banyak dari anggur merah, dan unsur-unsur
lain, seperti kandungan asam amino sebagai penyusun protein.
“Selama ini, penelitian daun kelor
pada umumnya di bidang kesehatan dan kecantikan. Penggunakan daun kelor untuk
bahan pangan masih jarang. Karena itu saya mencoba membuat diversifikasi pangan
dari daun kelor untuk membuat sereal sebagai solusi malnutrisi pada balita,”
Berdasarkan mini riset yang dia
lakukan, daun kelor terbukti sangat bagus untuk meningkatkan nutrisi pada bayi
dan anak-anak. Masalahnya, dedaunan kelor tidak dapat langsung dikonsumsi
anak-anak, karena citarasanya kurang enak.
Dia mencoba mengatasi masalah itu
dengan membuat produk makanan yang rasanya enak dan disuka anak-anak, dengan
menambahkan ekstrak pisang atau tepung jagung manis, agar rasa getir dan bau
kurang enak pada daun kelor hilang.
"Untuk membuat sereal daun
kelor Tidak perlu ditambah susu, karena kandungan kalsiumnya sudah cukup
tinggi,”
Latar belakang mahasiswa asal
Wonogiri yang akrab dengan tumbuhan kelor, mampu menjelaskan dengan fasih
proses pembuatan sereal daun kelor atau "Selor".
Prosesnya cukup mudah, yakni dengan
merajang daun kelor dan mengeringkannya. Rajangan daun kelor kering, kemudian
ditumbuk menjadi tepung dan memasak tepung daun kelor dengan menambah bahan
lain, misalnya tepung jagung, perasa, atau unsur tambahan lain.
Bahan tambahan itu agar
"Selor" bercitarasa lebih enak dan mencukupi kebutuhan karbohidrat.
Tahap terakhir dari proses pembuatan sereal, adalah memanaskan campuran tepung
dengan bahan lain, menggunakan suhu tinggi sampai kering dan menjadi sereal.
Dari pembahasan di atas dapat kita
ketahui bahwa daun kelor tidak hanya digunakan sebagai ajian maupun ramuan
tradisional, namun juga dapat diolah makanan lebih modern seperti seral. Hal
ini membuktikan bahwa terjadi perubahan sosial dalam masyarakat dengan
pengembangan dari penemuan-penemuan yang telah ada.
No comments:
Post a Comment