PERKEMBANGAN PERS DI INDONESIA
PADA MASA ERA KOLONIALISME
(1744-1900)
Awal mula dimulai dunia persurat kabaran di Indonesia,
Dr. De Haan dalam bukunya “Oud Baatavia” mengungkapkan secara sekilas bahwa
sejak abad 17 di Batavia sudah terbit sejumlah berkala dan surat kabar. Dunia
pers era kolonial dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Gustaaf
Willem Baron Van Imhoff dan ketika itu terbit surat kabar pertama pada 7
Agustus 1744 di Batavia yaitu Bataviasche Nouvelles en Politique
Raisonnementen ( Bambang Suteng,2007;96) Surat kabar merupakan media
massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah
mencatat keberadaan surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh
Johann Guternberg di Jerman. Sedangkan keberadaan surat kabar di Indonesia
ditandai dengan perjalanan panjang melalui lima periode yakni masa penjajahan
Belanda, Penjajahan Jepang, menjelang kemerdekaan dan awal kemerdekaan, zaman
orde baru serta orde baru
(http://angelicus.wordpress.com/2008/09/24/sejarah-perkembangan-media-massa-di-indonesia-1/)
Dikatakannya,oleh Dr. De Haan dalam bukunya “Oud
Baatavia” bahwa :
1.
pada th 1676 di Batavia telah terbit sebuah berkala
yang bernama Kort Bericht Eropa ( berita singkat Eropa) yang memuat berita dari
Polandia, Perancis , Jerman, Belanda, Spanyol Inggris, dan Denmark dicetak di
Batavia oleh Abraham Van den Eede tahun 1676.
2.
Pada bulan Oktober tahun 1744 terbit Batavia
Nouvelles.
3.
Pada tanggal 23 Mei 1780 terbit Vendu Nieuws.
4.
Pada tahun 1810 terbit di Batavia yakni Bataviasche
Koloniale Courant.
Sejak abad 17 dunia pers di Eropa memang sudah mulai
dirintis. Sekalipun masih sangat sederhana, baik penampilan maupun mutu
pemberitaannya, surat kabar dan majalah sudah merupakan suatu kebutuhan
bagi masyarakat di masa mendatang merupakan lahan bisnis yang
menjanjikan. Oleh karena itu, tidak heran apabila para pengusaha
persuratkabaran serta para kuli tinta asal Belanda sejak masa awal pemerintahan
VOC, sudah berani membuka usaha dalam bidang penerbitan berkala dan surat kabar
di Batavia. Sehingga fungsi media massa pada saat itu dapat disimpulkan:
1.
sebagai usaha bisnis untuk memperoleh keuntungan.
2.
sebagai penyampai berita / informasi.
3.
menambah ilmu pengetahuan
4.
menyuarakan isi hati pemerintah, kelompok tertentu dan
rakyat pada umumnya.
5.
untuk dokumentasi
Sampai akhir abad ke-19 koran atau berkala yang terbit
di Batavia hanya memakai bahasa Belanda. Dan para pembacanya tentu saja
masyarakat yang mengerti bahasa tersebut. Karena surat kabar di masa itu diatur
oleh pihak Binnenland bestuur (penguasa dalam negeri)kabar beritanya boleh
dikata kurang seru dan “ kering “. Berita berisi tentang kehidupan pribumi.
Karena itu, kurun waktu (1744-1854) disebut dengan Babak Putih (Surjomiharjo
dan Suryadinata dalam Bambang Suteng,2007:96-97). Barulah pada kurun sesudah
itu mulai muncul surat kabar berbahasa melayu, misalnya:
1.
Pada tahun 1828 di Jakarta diterbitkan Javasche
Courant yang isinya memuat berita-berita resmi pemerintahan, berita lelang dan
berita kutipan dari harian-harian di Eropa.
2.
Di Surabaya Soerabajash Advertentiebland terbit pada
tahun 1835 yang kemudian namanya diganti menjadi Soerabajash Niews en Advertentiebland.
3.
Di semarang terbit Semarangsche Advertentiebland dan
Semarangsche Courant.Di Padang surat kabar yang terbit adalah Soematra courant,
Padang Handeslsbland dan Bentara Melajoe.
4.
Di Makassar (Ujung Pandang) terbit Celebe Courant dan
Makassaarch Handelsbland.
Surat-surat kabar yang terbit pada masa ini tidak
mempunyai arti secara politis, karena lebih merupakan surat kabar periklanan.
Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar setiap kali terbit. Semua
penerbit terkena peraturan, setiap penerbitan tidak boleh diedarkan sebelum
diperiksa oleh penguasa setempat.
Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai
Belanda terdapat 16 surat kabar berbahasa Belanda, dan 12 surat kabar berbahasa
melayu diantaranya adalah:
1.
Bintang Barat.
2.
Hindia-Nederland.
3.
Dinihari, Bintang Djohar.
4.
Selompret Melayu (Parker,1882 dalam Bambang
Suteng,2007:97).
5.
Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya).
6.
Surat kabar berbahasa jawa Bromartani yang terbit di
Solo.
Kuala
Kapuas, 29 Januari 2016
Kelas : XII
IPS 1
Kelompok : 1
(Satu)
Anggota : - Akhmad Fauzi
-
Anggun Pratiwi
-
Arif
-
Aulia Hidayati
No comments:
Post a Comment